Rupiah Untuk Negeri (monolog)
Tasikmalaya, 21 Februari 2014
(Arif Fathur)
pray for Kelud and Sinabung Mont
Ku lihat Ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
Jeritan mataku ampai tak bernapas, melihat bayangnya yanggelisah dikala malam semakin semerawut, tanpa jasa hari yang meruang untuk hidup mereka, menopang jemaripun tak daya mereka lakukan.
Saat debu mencabik-cabik kornea, disana mulai karam irama kata "menggeram" tanpa daya tubuh hilang rasa. melihat bayangan mereka kian semu, semakin sirna terhempas abu vulkanik gunung berapi.
Saat bajuku tak lagi lusuh,putih merdu dipandang mata buta mereka. hanya ladang gelap rumahku disana, membuatku gundah gelisah, dilanda sepi tanpa ada teman curhatan, terlentang tidur kedinginan dan kedinginan diatas sisa-sisa hidupnya yang malang, dengan al.as kertas koran mereka kedinginan tanpa selimut tebal.
Aku bagaikan air hujan yang membasahi jalanan kota, lirik kanan kiri mencari hati nurani, ketika menemukan lirih angin dalam kelopak mata kutancapkan bambu disana dan ku kibarkan bendera kuning. seakan aku berkata adakah bantuan untuk anak-anak dan negeri ini ?
Denyut nadiku mulai lemah, terkapar diatas tikar setelah waktu bercerita entah apa yang au fikirkan dalam tembok kepala kanan ini. membuatku gundah gelisah olehnya yang bumbui kegetiran.
tuhan telah berhasil membuatku bingung, menitikberatkan pilihan antara satu, dua, dan tiga. Akankah aku bisa berkata ? Bahkan aku tak bisa untuk bergurau, senyumpun tak tega membiarkan bibir ini bergarak, cengkraman yang membisukan lidah tuk diam beraktifitas.
Hanya ada ringisan yang meruang di kepalaku, yang tak terucap untuk sekian kalinya. Saat peluh mulai berderuh, disana aku terdiam ! keropos dalam waktu dimalam gelap gulita.
Komentar