Seperti Kucing Ibu Kost

Tasikmalaya, 28 februari 2014
Siti Nurrohmah

Entah apa yang difikirkan kepala ini, tiba-tiba ingin menangis terisak  ketika teman kost yang sedang sakit dijenguk ibunya. Sungguh itu pemandangan yang sangat indah sore itu, suasana menjadi hangat, Sehangat senja kasih sayang seorang ibu.
Ada sesuatu yang aku ingin katakan ketika itu  pada ibu
“ibu, kapan kau menjengukku ketika aku sedang sakit ?!”
“ibu, aku ingin kau raba dan cium keningku”
“ibu jika kau disini akankah memelukku dengan hangat ?!”
“ibu aku ingin memelukmu ketika aku terbaring lemah”
“ibu, aku ingin memainkan mute bajumu”
“ibu, aku ingin dibacakan dongeng hingga aku tertidur lelap”
Tapi itu hanya keinginan kecilku dalam lamunan senja. Ketika aku tersadar aku melihat semua keinginan kecil itu dilakukan oleh temanku kepada ibunya. Ibunya pun menunjukan kasih sayangnya dengan jelas kepadaku !
Ibu N : “Neng Siti, masak nasinya banyakin air ga ?”
Aku : “iyah bu, tapi karena di magicjar akan mengeras dengan sendirinya”
Ibu N : “oh iyah ga apa-apa, kalau malam lampu dimatiin ga ?”
Aku : “iyah bu, karena panas”
Ibu N : “Wah, seharusnya jangan ! biarkan lampunya tetap menyala siang ataupun malam. Apalagi ini ada yang sakit.”
Aku : “oh iyah ibu, maaf saya tidak tahu”
Ibu N : “iyah, lain kali jangan yah, kasihan”
Aku : “iyah ibu, maaf yah”
Entah apa yang membuat gerakan pada kakiku, aku segera ke kamar mandi dan mencuci muka. Aku terdiam melihat gambar diri ini dalam kaca berair, kali ini aku tak bisa melihat gambarku yang tegar ! wajahku seperti kucing ibu kost yang berharap sentuhan lembut dari sang majikan.
Air mata mengalir bagai hujan, sungguh wajahku jelek sekali ! meminta kasih sayang sedang aku tak bisa mengungkapkannya. Ku sumpal bibir manja ini dengan handuk agar orang lain tak mendengar tangisan manjaku. Air mataku bagai jatuh diatas daun talas, tak berbekas dimuka jatuh bersama air wudhu yang menembus pori kulit pucat ini.
Temanku diantar ibunya kedokter, sungguh ini sangat membuat hati ini ngilu melihatnya. Dengan sabarnya ibu N berjalan disamping anaknya hingga depan kost.
Sepertinya langit menutupi sedihku dengan hujan. Dengan cekatan aku mengambil payung dan ku asongkan kepada ibu N karena aku tidak ingin ia kehujanan melihatnya aku seperti melihat ibu. Ibu N berbalik merangkulku agar aku tak kehujanan, ketika itu aku ingin sekali menjerit ! entah aku bahagia atau aku terlalu sedih mendapat sebuah pelukan yang lama aku rindukan dari ibu.
Aku antar ibu N hingga ke mobil, sedang teman kost sudah masuk terlebih dahulu dengan bibinya. Ibu N berkata “sebentar neng siti, tunggu dulu yah”, “oh iyah bu,” jawabku sembari menunggu dekat pintu depan mobil, ibu N masuk kemobil agak lama sepertinya ia sedang mencari sesuatu. Beberapa menit kemudian ia keluar dan memberiku sekantung kresek rambutan, malu aku terima dengan senang hati. Mereka pergi.
Tak sanggup menahan tangis aku lari berbalik menuju kamar kost !, terpleset dari tangga semakin mendramatisir sedihku menjadi sebuah tawa kecil karena kebodohanku yang memakai sandal berbeda sebelah dan licin pula. Sepertinya tuhan tak izinkan aku untuk terus bersedih. Sampai kamar kost kucicipi rambutan pemberian ibu N, asam ! tapi tetap saja kunikmati dengan airmata rindu rambutan itu serasa menjadi manis. Aku menangis terisak sejadinya seperti anak kecil, aku menangis menggeram dan masih bisa makan rambutan dengan mengusap-usap air mata yang deras hingga tertidur pulas.
Adzan magrib. Kembali, air mataku bagai jatuh diatas daun talas yang tak berbekas dimuka dan jatuh bersama air wudhu yang menembus pori kulit ku pasrahkan diri ini pada sang Ilahi dalam sholat 3 rakaat. Bersimpuh ku memelas pada sang Khaliq berharap kesembuhan ibu agar dapat memeluk ciumku ketika aku sakit, dan melihat senyum hangat ibu ditengah keluarga tercinta.

Ditemani alunan instrument “Dave Koz – Keliru” setiap malam sebagai penghantar tidurku. Aku berharap setiap bangunku Doa, Mimpi, dan Harapanku menjadi nyata. Aamiin J

Komentar